Selasa, 29 September 2015

Field Trip Belajar Bahasa Inggris di Balekambang, Solo

Kali ini Hatta belajar vocabulary di alam terbuka. Sambil belajar biologi tentang ekosistem, dia belajar kosa-kata bahasa Inggris. Merekam apa saja yang ia jumpai di Balekambang sambil mengatakannya dalam bahasa Inggris: This is a ... .

Asyik sekali sambil berjalan, berlari mengejar hewan-hewan yang dilepas bebas di sana. Berikut ekosistem di Balekambang:
Cat (kucing)
Dove (burung merpati)
Bird (burung)
Deer (rusa)
Tree (pohon)
Swan (angsa)
Butterfly (kupu-kupu)
Ant (semut)
Fish (ikan)
Human (manusia)


Things

Chair (kursi)
Table (meja)
Leaf (daun)
Water (air)


Lihat videonya yach di channel Youtube: Basuki Rahmat.

Senin, 21 September 2015

Hatta Belajar Bahasa Inggris dengan Otak Kanan

Belajar bahasa Inggris dengan otak kanan? Apa maksudnya? Maksud saya, daripada menghafal gramar bahasa atau vocabulary satu per satu kata, lebih baik menghafal kalimat. Dimulai dari kalimat-kalimat paling sederhana sampai nantinya kalimat-kalimat kompleks.

Di manapun kapan pun dan setiap hari, Hatta selalu saya review hafalannya. Sama seperti menghafal ayat-ayat Al-Quran. Pikir saya, kalau kalimat-kalimat Al-Quran saja bisa dihafal, tentu kalimat bahasa asing dalam rangka belajar percakapan bukan bahasa ibu pun bisa.

Eksperimen yang saya lakukan berhasil. Sampai saat saya menulis ini Hatta sudah hafal 45 kalimat sederhana bahasa Inggris, dan ini berarti sudah puluhan kata, dan akan terus meningkat dari hari ke hari. Berikut ini kalimat yang sudah dihafal Hatta beserta maknanya:

1. Hello
2. Good morning.
3. I'm John Smith.
4. Are you Bill Jones?
5. Yes, I am.
6. How are you?
7. Fine, thanks.
8. How's Helen?
9. She's very well, thank you.
10. Good afternoon, Mr. Green.
11. Good evening, Mrs. Brown.
12. How are you this evening?
13. Good night, John.
14. Good-_bye, Bill.
15. See you tomorrow.

16. Come in please.
17. Sit down.
18. Stand up please.
19. Open your book please.
20. Close your book please.
21. Don't open your book.
22. Do you understand?
23. Yes, I understand.
24. No, I don't understand.
25. Listen and repeat.
26. Now read please.
27. That's fine.
28. It's time to begin.
29. Let's begin now.
30. This is Lesson One.

31. What's this?
32. That's a book?
33. Is this your book?
34. No, that's not my book.
35. Whose book is this?
36. That's your book.
37. And what's that?
38. Is that a book?
39. No, it isn't.
40. It's a pencil.
41. Is it yours?
42. Yes, it's mine.
43. Where's the door?
44. There it is.
45. Is this book his?

Minggu, 20 September 2015

Stop Motion ala Hatta



Suka film Shaun The Sheep? Sama, Hatta juga senang sekali nonton film itu. Lalu saya tawarkan, "Mau bikin film kayak gitu?" "Mau." Lalu Hatta mulai belajar cara membuat film ala Shaun The Sheep itu. Film itu jenis video stop motion, yaitu rangkaian foto (still image) yang disusun berkesinambungan sehingga menjadi layaknya frame-frame video. Yuk ikuti Hatta dalam pembuatannya.

Pertama Hatta mempersiapkan bahan dan alat. Dia mengambil beberapa mainan mobil-mobilannya, mempersiapkan kamera foto, tripod, dan laptop yang sudah terinstall program editing video. Setelah semua alat dan bahan siap, Hatta mulai menata mobil-mobilan berjajar seperti sedang mau balapan. Setiap perubahan posisi mobil difoto. Kamera dipasang ditripod agar posisi stabil dan tidak bergeser sehingga tidak mengubah angel/sudut pandang. Pemotretan bisa sampai puluhan kali dengan gradasi perubahan posisi mobil-mobilan.

 Hmmm...skenario yang dibuat Hatta yaitu terjadi kecelakaan balapan (racing accident). Ada mobil ambulans yang datang menyelamatkan korban. Sampai akhirnya sang juara naik podium menerima piala. Sederhana kok, tapi asyik sekali dia membuatnya.

Untuk merangkai foto-foto tadi menjadi frame video, Hatta menggunakan software Ulead Video Studio 11.

Yuk lihat hasil videonya di channel Youtube: Basuki Rahmat. Jangan lupa Subscribe yachh...!

Rabu, 16 September 2015

Perkenalan


 Basuki (ayah), Meti (ibu), Hatta, Aalaa

Petualangan dimulai semenjak kami memutuskan anak kami keluar dari sekolah mulai kelas 3 SD. Setelah berbagai pertimbangan dan tentu saja mempersiapkan mental kami, akhirnya kami memutuskan anak kami, Hatta, untuk homeschooling.

Ternyata, mempersiapkan mental kami sebagai orang tua lebih sulit daripada anak. Anak sih nurut-nurut saja mau homeschooling atau public schooling. Pertanyaan-pertanyaan dan kekhawatiran justru muncul dari orang-orang terdekat kami, sama seperti yang dialami pelaku-pelaku homeschooling lainnya. Yach, pertanyaan pasti seputar bagaimana ijazahnya, sosialisasi anak, dan lain sebagainya. Untungnya, kami sudah membaca tips-tips menghadapi pertanyaan seperti itu: jawab saja ala kadarnya. Yang penting kami sendiri yang madhep mantep homeschooling. Kalau perlu, kasih saja buku soal homeshooling, suruh dia baca sendiri jawaban-jawaban pertanyaannya :).

Oia, kenalan dulu. Nama saya Basuki Rahmat, istri saya Meti Riawati, anak saya yang laki-laki Muhammad Hatta (9), dan anak perempuan saya Aalaa Husaina (3,5). Sejak awal pernikahan, kami memang merencanakan homeschooling untuk anak-anak kami. Sambil mempersiapkan mental kami, kami sempat menyekolahkan anak pertama kami sampai kelas 2 SD. Sambil terus mempelajari seluk-beluk homeschooling dengan membaca buku-buku dan browsing Internet.

Mengapa kami memilih homeschooling?

Di era menjamurnya sekolah-sekolah fullday, kami justru berpikir alangkah kasihan anak-anak seharian di sekolah, di mana seharusnya sudah waktunya bertemu ayah bunda di rumah. Kami memilih homeschooling karena kami ingin lebih fleksibel dalam mendidik anak,  lebih banyak waktu berinteraksi dengan anak.  Ini soal pilihan saja, tidak bermaksud mengunggulkan atau merendahkan salah satunya---homeshcooling atau public shool. Bagi kami pribadi, lebih baik kami mengambil alih tanggung jawab atas pendidikan anak-anak kami sendiri daripada menyerahkannya kepada public school.

Bagaimana kami mengawali homeschooling?

Kami hampir mati kutu semenjak hari di mana saya benar-benar mengambil Hatta dari sekolahnya. Kami bingung memulai dari mana. Angan-angan yang sudah ada semuanya buyar. Stress sendiri. Nggak ada ide! Rencana yang muluk-muluk di angan-angan terasa hilang menguap.

Saya perlu inspirasi. Akhirnya kami---saya, istri, dan anak-anak--- pergi ke toko buku Gramedia. Membaca-baca buku di sana. Akhirnya saya membeli buku pelajaran untuk siswa SD kelas 3: Matematika, Bahasa Indonesia, Basa Jawa, dan Bahasa Inggris. Dan buku komik Sains. Itu "sisa-sisa" angan-angan yang masih ada di pikiran "waras" kami saat itu. Saya membeli buku-buku itu dengan mempertimbangkan minat yang saya ketahui pada anak sulung saya Hatta.

Sedang untuk anak saya yang satunya, Aalaa Husaina, baru saja masuk pre-school, sebelum akhirnya saya cabut juga setelah masuk sekira satu bulan.

Setelah belanja buku-buku, saya mulai mengatur jadual belajar. Membuat kesepakatan dengan anak-anak. Alih-alih berjalan tertib terstruktur seperti di sekolah, waktu belajarnya masih seenaknya setelah berjalan tiga bulan sejak cabut dari sekolah. Yang dipelajari cuma Matematika, Bahasa Inggris, dan Bahasa Indonesia. Kapan belajarnya? Kapan-kapan. Di mana? Di mana saja: di teras rumah, di kamar tidur, di taman, di motor.

Belajar di motor? Ya, naik motor sambil me-review vocabulary bahasa Inggrisnya, misalnya. Atau cek hafalan Qurannya, cek perkalian dasar, dan apa saja yang penting belajar.

Jadi, kami memulainya ya mengalir saja tanpa konsep, sambil terus memperbaiki diri,  ikut komunitas. Dari situ kami saling berbagi informasi. Mengadakan event bersama.

Ikuti terus aktivitas-aktivitas homeschooling keluarga saya di blog ini. Saya juga berbagi video di channel Youtube. Silakan subcribe di channel Basuki Rahmat.#