Minggu, 17 Januari 2016

Kisah Sepeda yang Mengharukan, Buah dari Homeschooling


Mengharukan. Hatta dan ibundanya jalan-jalan melewati toko sepeda bekas. Dia melihat sebuah sepeda bagus berwarna merah. Bukannya merengek-rengek ingin segera dibelikan, tetapi anak sulungku yang berumur 9 tahun ini bilang sama ibunya, "Ibund, aku mau menabung untuk bisa beli sepeda itu."

Tidak seperti kebanyakan anak-anak seusianya yang melihat barang bagus yang langsung gulung koming, Hatta justru mau berusaha sendiri untuk mendapatkannya. Dia berjanji kepada ibundanya akan rajin mengerjakan buku latihan soal --- karena ia tahu akan mendapat rewards uang ---- dan tidak jajan.

Mendengar kakak dan ibu berbicara soal beli sepeda, si adik kecil, Aalaa Husaina, ikut nimbrung. "Ibund, Ibund, aku juga mau dibelikan sepeda," katanya. Tanpa dinyana tanpa diduga, Hatta menimpali, "Adik, kalau Adik mau sepeda, minta sama Allah setelah sholat."

Waktu ibunda sholat, tanpa diajak tanpa dipaksa, si mungil yang baru berumur 4 tahun ini ikut sholat di samping ibunya. Setelah selesai sholat, ia langsung berdoa, "Ya Allah, aku mau sepeda." Habis itu, langsung lari ke kakaknya dan bilang, "Mas, aku sudah minta sama Allah. Kapan diberi?" Jawab Hatta, "Nggak tahu."

Esok harinya, Aalaa menagih lagi, "Mana sepeda (dari Allah)? Ibund, ayo cari sendiri saja." Ibunda menjawab, "Dik Aalaa, selain berdoa, kamu juga harus menabung uang untuk  beli sepeda. Agar bisa menabung, Adik harus bekerja: mandi sendiri, ganti baju sendiri, tidak jajan, merapikan mainan, merapikan kamar."

Esok harinya Hatta dan Aalaa diajak ke warung oleh tantenya. Ditawari mau jajan apa. Apa jawabnya? "Aku nggak jajan, Te. Uangnya aku tabung saja untuk beli sepeda."

Tidak sampai di situ kisah "sepeda" ini. Mengetahui neneknya jualan telur asin di car free day (CFD), Hatta bahkan punya ide ingin jualan di samping nenek agar cepat bisa ngumpulkan uang. Subhanalloh! Semoga sepedamu cepat kau raih, Nak!