Minggu, 17 Juni 2018

Kuliah Gatis, Umroh Gratis, Haji Gratis

Hore Saya Lulus!
Alangkah senangnya saya menghadiri upacara wisuda kelulusan saya. Tanggal 3 Ramadan 1439 kemarin,  saya dan teman-teman dari berbagai negara diwisuda oleh direktur utama Islamic Center Rabwah. Alhamdulilllah, setelah belajar selama 2,5 tahun akhirnya saya berhasil lulus dengan predikat Mumtaz (excellent) dengan nilai 95,28.

Sedikit cerita pengalaman saya kuliah di IC Rabwah. Kuliah diniyah di IC Rabwah sangat menyenangkan dan bermanfaat. Banyak ilmu yang saya dapatkan di sana. Ustadz-ustadznya hebat-hebat. Dan yang tidak kalah menariknya, banyak fasilitas gratis: dari mobil jemputan hingga ibadah haji. Menarik, bukan?

Kuliah di IC Rabwah sangat menarik. Dirosah disampaikan para ustadz dengan santai tapi serius. Mendapat siraman rohani setelah seharian bekerja rasanya sejuk, ditambah lagi bisa bertemu teman-teman dari berbagai kafil lain dengan karakter yang berbeda-beda. Walaupun ketika berangkat terasa lelah, setelah sampai di sana menjadi semangat melihat gelora teman-teman lain.

Belajar ilmu agama di IC Rabwah tak ada yang sia-sia: semua terpakai dan berguna. Walaupun saya sudah pernah belajar ilmu agama secara formal waktu di MTs dan MA, tapi belajar di kala dewasa begini lebih bisa mencerna dengan hati dan pikiran, dan lebih bisa "mengendap". Selain itu, saya bisa bertanya langsung kepada ahlinya (ustadz-uatadz) tentang apa yang saya kira belum jelas. Manfaat lainnya, tidak saja saya belajar pelajarannya tapi saya memperhatikan sikap-sikap ustadz-ustadznya, mempelajari adab keilmuan, dan bagaimana  lebih bisa bersikap bijak kepada sesama muslim dengan memperhatikan sikap ustadz-ustadz dalam menanggapi pertanyaan dari penanya.

Ilmu atau mata kuliah (makul) apa saja yang saya pelajari di IC Rabwah? Dirosah terbagi dalam lima tingkat/level: mustawa awal sampai mustawa khamis. Sedang mata kuliah ada tauhid, fiqih, tahsin Alquran, tafsir Alquran, sirah Nabawiyah, hadist, bahasa Arab, dakwah, dan bahats. Beberapa makul diberikan dalam beberapa mustawa, beberapa yang lain hanya dalam level tertentu.

Setiap mustawa saya tempuh dalam waktu 4 bulan. Dan setiap akhir mustawa ada ujian kenaikan mustawa.
....

(to be continued)

Sabtu, 03 Februari 2018

Diajak Ngobrol dr. Yusuf dari Mesir

Habis ngimami sholat jumat, ada kejadian tak biasa tadi. Pak dokter Yusuf, dokter yg jenggotnya sangat lebat, tiba2 menghampiri saya dan berkata:
"kaifa halk?"
"Alhamdulillah qowis." kata saya. "Fii sa'ah daqiqah linatakalam? A inta sughul wahid walaa fii shodiq tsanii fil ghurfah?"
"Wahid."
"O, ahsan, nahnu natakalam fil ghurfah."
"Aiwa." kata saya.
Lalu kami masuk kamar kerja saya. Percakapan beralih dalam bahasa inggris.
"How are you?"
"Fine, thanks. Alhamdulillah."
"Your name is...?"
"Basuki."
"I always listen to your khutbah carefully. And it is very good. Your khutbah is qur'anyy and sunnahi. It's far away from sufi-understanding nor toriqot-understanding that I don't agree with."
"Are you graduated from university or high school?"
"University."
"Were you a teacher?"
"Yes."
"Do you think salary is not good for teacher in Indonesia?"
"Aiwa, Doctor. Government-teacher maybe good but private-teacher is not."
"Where do you study Islam? Your tilawah Quran is very good, too."
"When junior high and senior high school I took Islamic school, Doctor. Then I study in university, but outside of the campus I learned Islam together with other friends."
"It's very good. I did like that too when I studied in university: I studied Islam outside the campus."
"And now I study Islam in Islamic Center in Arrabwah."
"In Rabwah? Oh, my son also studied there. It's near the traffic light, right? For two-half years."
"Yes, near the traffic light. And I am in the last Level now."
"O, great! Maa syaa'a Allah."
.....
Dan percakapan masih panjang. Akhirnya dr. Yusuf meminta nomor HP saya. Dan menawarkan kepada saya apakah saya butuh bantuan. Maksudnya bantuan apa ya? Jadi Ge-eR nih.#

Senin, 13 Maret 2017

Meti Riawati, Ibu yang Bijaksana

Setelah lima tahun mengajar sebagai guru TK, Meti Riawati memutuskan untuk keluar dan menjadi guru untuk anak-anaknya sendiri. Ada sesuatu yang hilang jika ia terus menerus mengajar di sekolah: ia mendidik anak-anak orang lain sedang anaknya sendiri todak bisa menikmati  didikannya.


Sekarang ibu dari dua anak ini mendidik anak-anaknya di rumah secara langsung. Kedua anaknya belajar di rumah alias menjalani homeschooling. Semua bahan ajar, pengajaran, evaluasi, kurikulum diatur bersama sang suami. 

Minggu, 17 Januari 2016

Kisah Sepeda yang Mengharukan, Buah dari Homeschooling


Mengharukan. Hatta dan ibundanya jalan-jalan melewati toko sepeda bekas. Dia melihat sebuah sepeda bagus berwarna merah. Bukannya merengek-rengek ingin segera dibelikan, tetapi anak sulungku yang berumur 9 tahun ini bilang sama ibunya, "Ibund, aku mau menabung untuk bisa beli sepeda itu."

Tidak seperti kebanyakan anak-anak seusianya yang melihat barang bagus yang langsung gulung koming, Hatta justru mau berusaha sendiri untuk mendapatkannya. Dia berjanji kepada ibundanya akan rajin mengerjakan buku latihan soal --- karena ia tahu akan mendapat rewards uang ---- dan tidak jajan.

Mendengar kakak dan ibu berbicara soal beli sepeda, si adik kecil, Aalaa Husaina, ikut nimbrung. "Ibund, Ibund, aku juga mau dibelikan sepeda," katanya. Tanpa dinyana tanpa diduga, Hatta menimpali, "Adik, kalau Adik mau sepeda, minta sama Allah setelah sholat."

Waktu ibunda sholat, tanpa diajak tanpa dipaksa, si mungil yang baru berumur 4 tahun ini ikut sholat di samping ibunya. Setelah selesai sholat, ia langsung berdoa, "Ya Allah, aku mau sepeda." Habis itu, langsung lari ke kakaknya dan bilang, "Mas, aku sudah minta sama Allah. Kapan diberi?" Jawab Hatta, "Nggak tahu."

Esok harinya, Aalaa menagih lagi, "Mana sepeda (dari Allah)? Ibund, ayo cari sendiri saja." Ibunda menjawab, "Dik Aalaa, selain berdoa, kamu juga harus menabung uang untuk  beli sepeda. Agar bisa menabung, Adik harus bekerja: mandi sendiri, ganti baju sendiri, tidak jajan, merapikan mainan, merapikan kamar."

Esok harinya Hatta dan Aalaa diajak ke warung oleh tantenya. Ditawari mau jajan apa. Apa jawabnya? "Aku nggak jajan, Te. Uangnya aku tabung saja untuk beli sepeda."

Tidak sampai di situ kisah "sepeda" ini. Mengetahui neneknya jualan telur asin di car free day (CFD), Hatta bahkan punya ide ingin jualan di samping nenek agar cepat bisa ngumpulkan uang. Subhanalloh! Semoga sepedamu cepat kau raih, Nak!

Sabtu, 19 Desember 2015

Journey to Riyadh (2)

Begitu menginjakkan kaki di Riyadh hmm rasa heran menghinggapi pikiran. Sepanjang mata memandang tidak ada tumbuhan hijau. Semuanya tanah tandus, gersang, cadas. Kontras dengan kondisi di Indonesia di mana setiap penjuru pasti ijo royo-royo. Pikiran langsung ngelantur, bagaimana orang-orang bisa hidup makmur di bumi yang kering begini?

Begitu sampai di homestay barulah terjawab lanturan saya tadi. Di lingkungan saya tinggal ini, ada beberapa toko penjaja makanan. Kebanyakan kue-kuean, tapi mau buah-buahan ada, sayur-mayur ada, banyak! Dari mana mereka mendapatkannya? Impor! Negeri ini kaya-raya dengan minyak dan jamaah haji dan umroh. Dari situ milyaran dollar terkumpul. Mau apa saja, terkabul deh!

Rabu, 16 Desember 2015

Buku Pelajaran Setahun Matematika sudah Habis Dilahap Hatta hanya 6 Bulan!

Pelajaran Matematika kelas 3 SD sudah habis dilahap Hatta hanya dalam waktu satu semester. Padahal, teman-temannya yang belajar di sekolah publik baru ujian semester satu. Untuk "prestasinya" ini ia berhak mendapat "award" tabungan Rp 140.000,00 sebagaimana kami sepakati di awal. Jika satu bab selesai, maka Hatta mendapat hadiah Rp 10.000,00 ke rekening tabungannya. Buku Matematika kelas 3 SD ini memuat 14 bab, jadi hadiah prestasi dia dari mapel Matematika Rp 140.000,00.

Sedangkan Bahasa Inggris nanti ada 10 Lesson. Sekarang sudah menginjak Lesson 4. Untuk bahasa Inggris kalau selesai, Hatta akan mendapat reward Rp 100.000,00..
 Ayo lahap terus bukunya, Hatta Anak Hebat!

Journey to Riyadh

Perjalanan ke Riyadh. Bagi banyak orang naik pesawat terbang mungkin sudah biasa. Tapi, bagi saya ini pengalaman yang sama sekali baru. Mulai dari membeli tiket, bagasi, check in, boarding, dan take off. Hmmm

Namanya juga orang udik. Beli tiket pesawat banyak tanya sana-sini. Biar nggak kelihatan ndeso, belinya bareng-bareng, rombongan.

Terbang dari Jakarta menuju Riyadh memakan waktu sekitar 9 jam. Sebelum sampai di bandara King Khalid Riyadh, pesawat transit dulu di Dubai, Qatar. Jakarta-Qatar sekitar 8 jam. Sedang dari Qatar ke Riyadh 1 jam. Walau demikian, perlu diingat bahwa antara Jakarta dan Riyadh itu selisih 4 jam, dengan Jakarta mendahului Riyadh. Jadi, meski dari Jakarta take off pukul 01.00 tapi sampai di Riyadh jam 5 pagi. Serasa 4 jam?? :) lol.

Tentang bagaimana kisah-kisah selanjutnya di Riyadh, tunggu posting selanjutnya....! :)